Sandboarding Di Gumuk Pasir Yogyakarta

Pacu Adrenalin, Sandboarding Di Gumuk Pasir Parangkusumo

Kalau tidak salah, saya melihat aktivitas Sandboarding di Gumuk Pasir Parangkusumo ini pertama kali di sebuah social media. Sejak saat itu saya jadi ingin mencoba juga, meski cuma sekali seumur hidup. Apalagi untuk mencoba sandboardingini saya tidak perlu pergi jauh – jauh ke Australia, Namimbia atau bahkan Mesir yang katanya punya padang pasir yang bisa digunakan untuk sandboarding. Karena sudah ada Gurun Sahara kecil Di Yogyakarta, yang juga dikenal dengan nama Gumuk Pasir Parangkusumo.

Dengan keberadaan Gumuk Pasir Parangkusumo ini, makin menguatkan kalau Yogyakarta adalah kota yang tidak melulu menjadi destinasi untuk belajar kebudayaan Jawa, atau berburu kuliner saja. Tantangan yang mendebarkan dan aktifitas memacu adrenalin juga bisa saya dapatkan ketika berlibur ke kota ini.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, keinginan saya terjawab dengan datangnya rencana liburan di Yogyakarta. Mencoba sandboarding di Gumuk Pasir Parangkusumo sebentar lagi tidak hanya melayang di angan – angan saja. Kali ini adalah liburan yang sebenarnya sambil melanjutkan backpackmoon road trip dengan istri yang sempat tertunda. Di Yogyakarta saya menginap di Prawirotaman, dan merencanakan untuk mengunjungi destinasi yang masih belum terlalu terkenal seperti Candi Ijo, Museum Ullen Sentalu, dan tentunya Gumuk Pasir Parang Kusumo ini.

Sandboarding Di Gumuk Pasir Parangkusumo Yogyakarta Itu Super Seru!

Gumuk Pasir Parangkusumo ini adalah tempat paling dekat kalau ingin merasakan sensasi Sandboarding.

Gumuk Pasir Parangkusumo ini adalah tempat paling dekat kalau ingin merasakan sensasi Sandboarding.

Siang itu saya langsung menuju ke Gumuk Pasir Parangkusumo setelah dibuat beredecak kagum dengan koleksi Museum Ullen Setalu. Sepanjang perjalanan saya sempat khawatir hujan akan turun, karena awan hitam sudah mulai berkumpul berisap untuk menangis dan menurunkan hujan lebat. Kalau hujan, pastinya tanah di Gumuk Pasir Parangkusumo akan menjadi basah, dan pastinya kurang menyenangkan untuk digunakan bermain sandboarding.

Namun sepertinya keberuntungan masih berpihak kepada saya, begitu memasuki Kota Yogyakarta, cuaca kembali cerah. Itu juga berarti pertanda baik untuk saya, aktifitas sandboarding akan berjalan dengan lancar. Untuk menuju Gumuk Pasir Parangkusumo saya harus berjuang menembus padatnya lalulintas tengah kota Yogyakarta menuju selatan. Saya hanya tinggal lurus mengikuti Jalan Parangtritis, karena gumuk pasir ini berada tidak jauh dari Pantai Parangtritis.

Kalau sedang tidak dari Museum Ullen Sentalu, seharusnya saya tinggal keluar dari hotel tempat saya menginap di Jalan Prawirotaman II, belok kiri di Jalan Parangtritis, lalu lurus saja terus hingga ketemu pintu gerbang kawasan wisata Pantai Parangtritis. Gumuk Pasir Parang kusumo sendiri ternyata tidak jauh dari pintu gerbang tadi.

Saya rasa siapapun bisa menemukan tempat ini dengan mudah.

Saya rasa siapapun bisa menemukan tempat ini dengan mudah.

Kira – kira beberapa menit setelah melewati gerbang, akan terlihat jelas gundukan pasir yang berada di kanan jalan. Saya benar – benar tidak menyangka semudah ini menemukannya, padahal sudah siap dengan GPS dan membayangkan bakal tanya sana – sini. Tetapi itulah adanya, Gumuk Pasir Parangkusumo yang terkenal sebagai salah satu tempat bermain sandboarding di dunia ini berada di tepi jalan, dan mudah sekali ditemukan.

Di Gumuk Pasir Parangkusumo, mas Agus sudah menunggu saya. Dia adalah salah satu operator yang menyewakan papan sandboarding untuk turis yang ingin merasakan sensasi pacu adrenalin ini. Kali ini saya dibantu oleh hotel tempat saya menginap untuk memesan satu papan seluncur yang akan saya gunakan. Harga sewanya sendiri adalah IDR 150.000 untuk satu papan sandboarding, dan bisa digunakan untuk sepuasnya sampai capek.

Gumuk Pasir tertinggi kedua.

Gumuk Pasir tertinggi kedua.

Sayangnya untuk yang jarang olahraga seperti saya, 4-5 kali meluncur di pasir rasanya sudah begitu capek. Jadi lebih baik satu papan sandboarding digunakan berdua secara bergantian. Kebetulan kemarin saya mencobanya bergantian dengan istri. Sementara tidak perlu membayar tiket untuk di Gumuk Pasir Parangkusumo, hanya perlu membayar retribusi masuk ke kawasan wisata Parang Tritis (Per orang IDR 3000), dan parkir sepeda motor atau mobil saja.

“Beruntung lho tadi tidak jadi hujan, kalau hujan pasirnya pasti basah. Enggak bisa digunakan untuk sandboarding deh” Kata mas agus sembari mengajak naik ke salah satu gundukan pasir yang cukup tinggi. Dari tempat parkir sepeda motor memang terlihat jelas dua gundukan pasir yang cukup tinggi. Karena baru pertama kali mencoba, saya pun memilih sesuai kemampuan, yaitu yang tertinggi kedua dengan sisi satunya yang lebih rendah. Rencananya saya membiasakan diri terlebih dahulu, baru mencoba yang lain.

Kalau sudah pro pasti saya menjajal gundukan tertinggi yang ini.

Kalau sudah pro pasti saya menjajal gundukan tertinggi yang ini.

Sebelum saya mulai menggunakan papan seluncur, Mas Agus mengolesi bagian bawah papan sandboarding dengan suatu lapisan. “Dilapisi pake apa sih mas itu?” Tanya saya dengan penasaran. “Ini sejenis wax, kalau enggak pake ini papannya nggak bisa meluncur nanti, kurang licin” Jelas Mas Agus. Dia juga menambahkan, selain memakai wax, biasanya orang sekitar sini menggunakan lilin yang digesekkan ke bagian bawah papan. Fungsinya sih kurang lebih sama, hanya saja kalau lilin harganya lebih murah. 

It’s Show time! Sekarang waktunya mencoba sandboarding untuk pertama kalinya dalam hidup saya. “Huuufh! Sraaaaaak…. Gubrak!” Kalau ada yang bilang main sandboarding pertama kali itu gampang, sini langsung cobain sendiri di Gumuk Pasir Parangkusumo. Bahkan di jalur untuk pemula saja, susah sekali untuk menyeimbangkan posisi selama meluncur. Setelah tiga kali mencoba dengan serius hasilnya tidak jauh berbeda, ketiga – tiganya berakhir dengan terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi… Iya, Sandboarding itu gampang… Kalau cuma melihat saja, bukan mencobanya secara langsung.

Mas Agus mengoleskan wax agar bagian bawah papan sandboarding menjadi licin.

Mas Agus mengoleskan wax agar bagian bawah papan sandboarding menjadi licin.

Percobaan sandboarding pertama... Saya terjatuh :|

Percobaan sandboarding pertama… Saya terjatuh 😐

Atau mungkin karena saya mencoba di jalur pemula? Yang jaraknya hanya sekitar 1-2 meter, dari puncak gundukan pasir. Jadi saya enggak bisa meluncur dengan stabil karena jalurnya terlalu pendek? Oke, karena itu saya mencoba berseluncur di gundukan tertinggi nomor 2 yang jaraknya dari puncak gundukan hingga bawah sekitar 5 meter. Wax kembali dioleskan, karena memang setelah 3-4 kali meluncur bagian bawah papan akan menjadi kesat lagi dan kurang licin.

“Hufffffhh…” Saya menarik nafas untuk menenangkan adrenalin yang mulai berdegup kencang. Jalur yang ini memang seharusnya untuk yang sudah cukup berpengalaman, karena memang lumayan tinggi. Tetapi saya nekat, meski saya belum terlalu bisa. Paling tidak saya mau mencoba meluncur sekali di jalur yang ini sebelum pergi dari Yogyakarta.

Satu, dua, tiga…! “Sraakk…!” Bagai peluru yang sudah ditembakan, saya tidak bisa mengulang atau menghentikannya lagi. Papan yang saya pakai mulai meluncur dengan cepat diatas pasir yang hangat. Satu meter pertama, saya masih bisa mempertahankan keseimbangan, dan masih berdiri dengan baik di atas papan seluncur. Lalu… Braak! Papan seluncur terlepas dari kaki, saya terjatuh sambil berguling – guling setelah sesaat melewati setengah dari jalur. Sial!! Sandboardingini memang enggak bisa pake sistem SKSSB atau Sistem Kebut Satu Jam Saja bisa….

Sandboarding ini bahkan lebih susah dari surfing di Bali lho :|

Sandboarding ini bahkan lebih susah dari surfing di Bali lho 😐

Pun jatuh berkali – kali, saya begitu menikmati Sandboarding di Gumuk Pasir Parangkusumo ini. Adrenalin terpompa perlahan ketika mulai meluncur, dan akan semakin keras ketika terjatuh, berguling dan bergumul dengan pasir halus. Coba saya punya tenaga tak terbatas, saya pasti terus berseluncur di pasir hingga senja tiba. Sayangnya, tenaga saya sudah banyak terkuras, setelah beberapa kali meluncur. Apalagi ketika naik menuju puncak gundukan memerlukan tenaga lebih banyak dari pada ketika meluncur di atas pasir.

Karena terlalu fokus untuk belajar meluncur di pasir, saya tidak sadar kalau tempat ini semakin ramai. Menjelang senja datang, rupanya banyak yang berdatangan. Mulai dari beberapa anak kecil, pemuda lokal setempat hingga turis seperti saya. Dari logat singlish-nya saya tebak mereka dari Singapura atau Malaysia. Bangga dong turis negara tetangga bela – belain datang jauh dari negaranya hanya untuk mencoba sandboarding di Gumuk Pasir Parangkusumo.

Biarpun anak kecil, beberapa dari mereka mahir bermain sandboarding.

Biarpun anak kecil, beberapa dari mereka mahir bermain sandboarding.

Kecil - kecil jago sandboarding.

Kecil – kecil jago sandboarding.

Saya pun mengambil inisiatif untuk beristirahat, sambil mengobrol dengan Mas Agus, dan bertanya – tanya mengenai tempat ini. Buat saya keberadaan Gumuk Pasir Parangkusumo di Yogyakarta ini begitu unik. Bahkan bisa dibilang tempat ini sejatinya mirip padang pasir mini di pesisir Yogyakarta. Keberadaan Gunung Merapi, Gunung Merbabu dan lokasinya yang berada di sepanjang muara Sungai Opak hingga Pantai Parangtritis memungkinkan terbentuknya gundukan pasir ini.

Gundukan pasir yang terkumpul adalah material abu vulkanik gunung yang terbawa oleh aliran Sungai Opak hingga akhirnya sampai ke Pantai Parangtritis. Abu vulkanik yang kecil dan ringan akan terbawa ke tepi pantai, yang ketika kering akan terbawa angin. Proses tadi terjadi secara terus menerus dalam waktu yang lama hingga membentuk gundukan pasir yang dikenal sebagai Gumuk Pasir Parangkusumo.

Gumuk Pasir Parangkusumo ini terbentuk dalam waktu yang lama, dan masih sering berubah bentuk.

Gumuk Pasir Parangkusumo ini terbentuk dalam waktu yang lama, dan masih sering berubah bentuk.

Namanya sendiri diambil dari Bahasa Jawa. Gumuk dalam bahasa jawa artinya adalah gundukan atau tumpukan, sementara Parangkusumo adalah nama tempat dimana gundukan pasir ini berada. Proses pembentukan gundukan pasir ini masih juga terus berjalan, sehingga bentuk, jumlah dan lokasi Gumuk Pasir sering berubah. Mas Agus juga mengatakan, mungkin saja besok tempat kita bermain sandboarding ini sudah berpindah tempat.

Selain digunakan sebagai tujuan wisata olahraga ekstrim seperti Sandboarding, Gumuk Pasir Parangkusumo sering dijadikan sebagai latar belakang pembuatan video dan foto pre-wedding di Yogyakarta. Mungkin jika saya tahu keberadaan tempat ini sebelum menikah, saya pun juga akan menjadikan tempat ini sebagai latar prewedding.

“Nggak mau mencoba meluncur lagi mas?” Ucapan Mas Agus menghentikan obrolan kami. O, iya saya jadi teringat belum mengabadikan beberapa moment di tempat ini. “Boleh, sekali lagi deh” Sambil mengambil papan seluncur, dan bersiap untuk meluncur lagi. Ini yang terakhir, setelah ini saya mau mengambil dokumentasi beberapa sandboarders lokal yang sedang asik bermain.

One last slide shall we :)

One last slide shall we 🙂

Satu.. dua.. tiga… “Syutt….. Sraaaak!!” Saya pun kembali terjatuh ketika sedang meluncur…. Sandboarding memang olahraga yang menyenangkan, sekaligus menyebalkan untuk pemula ya…

Sumber: https://catperku.com/gumuk-pasir-parangkusumo-yogyakarta/

This entry was posted in Artikel. Bookmark the permalink.

Leave a comment